Mungkin judul postingan ini agak membingungkan, apa sih maksudnya yang mendengar belum tentu mendengarkan? Apa beda mendengar dan mendengarkan? Postingan ini terinspirasi dari sebuah materi yang saya bawakan di kantor pada saat sharing session mingguan bersama team satu divisi yang membahas tentang komunikasi. Mendengar dan mendengarkan kalau dalam bahasa Inggris kedua kata tersebut lebih jelas perbedaannya, kata 'mendengar' dalam bahasa Inggris adalah 'hear' sedangkan 'mendengarkan' adalah 'listen'.
![]() |
Illustrasi telinga dalam gaya abstrak. Sumber: Copilot by Microsoft. |
Biar lebih paham, berikut kurang lebih definisi yang saya dapat dari hasil browsing sana-sini terkait perbedaan mendengar dan mendengarkan:
Mendengar (Hear):
- Kemampuan fisik untuk menerima suara melalui telinga.
- Terjadi begitu saja dengan atau tanpa intensi dari diri kita.
Mendengarkan (Listen):
- Merupakan suatu tindakan yang kita lakukan untuk berfokus kepada yang kita dengar (hear).
- Saat mendengarkan, otak kita memproses informasi menjadi pengetahuan.
- Mendengarkan juga melibatkan proses kognitif dan emosional.
Dari kedua definisi diatas kita bisa simpulkan bahwa 'mendengar' merupakan suatu proses yang sifatnya cenderung pasif di mana pendengar tidak memberikan respon terhadap yang didengar, sedangkan 'mendengarkan' dapat didefinisikan sebagai proses aktif yang melibatkan penerimaan, pemahaman, dan tanggapan terhadap suara atau pesan yang disampaikan oleh orang lain.
Pentingnya Mendengarkan
Lalu, seberapa penting mendengarkan itu? Menurut saya, mendengarkan sama pentingnya ketika kita berbicara lalu ingin didengarkan oleh lawan bicara. Ya, kalau kita berbicara terus hanya didengar saja oleh lawan bicara tanpa ada respon, mungkin kita menjadi seperti radio butut yang asal bersuara saja. Lebih dari itu, mendengarkan adalah salah satu keterampilan komunikasi yang paling penting, namun sering kali diabaikan atau diremehkan. Baik mendengar dan mendengarkan dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan atau keterampilan komunikasi yang paling pertama kali dimiliki setiap orang saat lahir. Nggak ada kan yang waktu lahir ujug-ujug bisa nge-rap, joget disko atau menulis kaligrafi. Sewaktu masih bayi paling juga kita cuma bisa mendengarkan dan memberikan respon sederhana seperti menangis atau tertawa, seiring bertambah usia kita semakin bisa memberikan respon yang lebih dari sekedar menangis atau tertawa, seperti berbicara dan melakukan suatu gerakan dan bahkan emosi, dan semakin dewasa semakin kompleks respon (termasuk permasalahan hidupnya juga, oops...!!! 😜) yang dapat diberikan.
Kita perlu mendengarkan secara efektif, yang berarti mendengar apa yang dikatakan seseorang, memahami sudut pandangnya, memberikan tanggapan dengan penuh perhatian dan pemikiran dan sesuai dengan apa yang dibicarakan. Mendengarkan secara efektif juga memberikan manfaat sebagai berikut:
- Membangun hubungan: Mendengarkan secara efektif adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan bermakna yang dibangun atas dasar rasa saling menghormati dan pengertian.
- Membantu pemecahan masalah: Pendengar yang baik akan meluangkan waktu untuk secara aktif mendengarkan, memahami situasi dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah, agar dapat menghasilkan solusi yang efektif.
- Meningkatkan kepercayaan diri: Merasa didengarkan dan dipahami akan membuat seseorang merasa lebih percaya diri, terutama dalam berbagi pemikiran dan ide, yang juga akan mendorong produktivitasnya.
- Menghindari kesalahpahaman: Mendengarkan secara efektif membantu menghindari kesalahpahaman, yang dampaknya bisa saja krusial bagi kita.
Hambatan untuk Mendengarkan Secara Efektif
Ada beberapa hal yang bisa menghambat kita dalam upaya mendengarkan secara efektif, yang dikelompokan menjadi tiga kategori sebagai berikut:
- Hambatan fisik: Seperti disfungsi atau gangguan pada organ pendengaran maupun gangguan fisik lainnya yang bisa mengganggu funsi organ pendengaran
- Lingkungan: Seperti situasi lingkungan yang berisik, waktu yang kurang tepat dan juga perbedaan bahasa.
- Psikologis atau sikap: dari kedua hambatan diatas ini nih yang paling bahaya menurut Foxmin, hambatan ini contohnya seperti bersikap judgmental, acuh tak acuh, ego-centric (menganggap diri paling benar) dan kebiasaan melamun.
Meningkatkan Keterampilan Mendengarkan Secara Efektif
Seperti public speaking atau keterampilan berbicara di depan umum, keterampilan mendengarkan secara efektif juga bisa kita tingkatkan dengan berlatih, yang penting kalian punya niat dan kemauan aja. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan secara efektif.
- Hindari distraksi: Pastinya ketika kamu mau lebih efektif saat berkomunikasi, usahakan kamu bisa mencari tempat yang tenang dan luangkan waktu yang khusus. Akan lebih baik juga kurangi faktor-faktor yang bisa mengalihkan perhatian kamu, misalnya kamu silent notifikasi handphone kamu, atau tidak berada di tempat yang banyak orang lalu-lalang. Boleh dibilang ini adalah situasi dasar yang perlu diciptakan agar kamu bisa mendengarkan secara efektif terhadap perkataan yang disampaikan lawan bicara. Saya pribadi lebih senang jika janjian untuk hang-out dengan teman di kafe-kafe yang introvert friendly hahaha... enggak mesti introvert juga sih kitanya, yang penting suasananya tenang dan nyaman untuk ngobrol.
- Bertanya: Bertanya disini maksudnya kamu mengkonfirmasi ulang pemahaman kamu terhadap apa yang disampaikan lawan bicara terlebih lagi jika kamu merasa apa yang disampaikan kurang jelas. Tujuannya adalah memastikan kamu memiliki pemahaman yang sama dengan lawan bicara terhadap topik pembicaraan.
- Berlatih untuk berempati: Cobalah untuk mengambil sudut pandang lawan bicara kamu, pahami bagaimana ia berpikir, emosi, situasi dan hal-hal yang diyakininnya terhadap topik yang kalian bicarakan. Nyatanya enggak semua orang mampu berempati, itulah mengapa seringkali terjadi misunderstanding karena pendengar lebih menekankan ego dan asumsi pribadinya ketimbangan berusaha memahami situasi, pemikiran dan emosi lawan bicara. Kelihatan biasanya orang-orang yang minim empati seperti ini sering menyela pembicaraan untuk memberikan tanggapan secara spontan. Please jangan biasain menyela pembicaraan ya Folks, be responsive not reactive!
- Tunjukan bahasa tubuh yang positif: Bahasa tubuh juga memiliki peranan penting selain bahasa verbal, karena bahasa tubuh bisa memberikan suatu impresi terhadap lawan bicara yang mana akan mempengaruhi bagaimana cara ia akan berkomunikasi. Bahasa tubuh yang positif itu seperti apa sih saat kita bekomunikasi? Intinya bahasa tubuh yang positif itu suatu sikap badan kita yang menunjukan antusiasme dan keterbukaan, serius tapi tetap santai. Kurang lebih beberapa bahasa tubuh yang positif saat mendengarkan adalah sebagai berikut:
![]() |
Illustrasi bahasa tubuh yang positif. Sumber: Copilot by Microsoft. |
- Menjaga kontak mata: menatap lawan bicara saat ia berbicara menunjukan antusiasme, usahakan jaga kontak mata ini agar tidak terlalu intens, karena bisa bikin lawan bicara merasa enggak nyaman, salting atau malah baper. Kamu bisa sesekali melirik ke arah lain untuk meredekan intensitas kontak mata.
- Menganggukan kepala: selain menunjukkan kepada pembicara bahwa kamu setuju dengan hal-hal yang disampaikan, menganggukkan kepala juga menunjukkan bahwa kamu mendengarkan apa yang mereka katakan. Kalau kamu memadukan anggukan kepala dengan senyuman, kemungkinan besar kamu akan membuat pembicara lebih antusias lagi dalam menyampaikan pembicaraannya.
- Telapak tangan terbuka: memiliki gestur dengan telapak tangan terbuka menyiratkan keterbukaan dan kejujuran.
- Postur tegak dan terbuka: postur tegak dan terbuka berarti menjaga batang tubuh tetap terbuka dan bebas dari lengan atau kaki yang disilangkan. Sama halnya dengan gestur telapak tangan terbuka di atas, hal ini menunjukan bahwa kamu sebagai pendengar memiliki sikap keterbukaan dan keramahan terhadap pembicara.
- Mencondongkan badan ke arah lawan bicara: jarak antara kamu dan lawan bicara juga merupakan isyarat nonverbal. Mencondongkan badan dan menghadap ke arah lawan bicara saat berkomunikasi menunjukkan bahwa kamu merasa nyaman dan tertarik pada topik pembicaraan.
- Berikan umpan balik atau tanggapan: Memberikan tanggapan adalah cara terakhir untuk menunjukkan bahwa kamu mendengarkan secara aktif, menunjukkan pemahaman dan keterlibatan kamu dalam percakapan. Berikan umpan balik pada interval atau jeda yang sesuai dalam pembicaraan, dan hindari apa pun yang tidak relevan dan tidak sopan.
Kesimpulannya, penting banget buat memahami perbedaan antara "mendengar" dan "mendengarkan" dalam komunikasi. Ini enggak cuma soal telinga terima suara doang, tapi juga masalah proses otak dan perasaan yang aktif. Nah, kemampuan mendengarkan yang bagus itu enggak cuma bikin hubungan antar individu makin kuat aja, tapi juga bantu banget dalam menyelesaikan masalah dan nggak bikin salah paham. Meskipun ada banyak gangguan yang bisa bikin kita kesulitan, kayak gangguan fisik, lingkungan yang kacau, atau sikap negatif, tapi kita bisa tingkatkan kemampuan mendengarkan kita dengan latihan dan kesadaran. Jadi, dengan menghindari hal-hal yang bikin enggak fokus, bertanya kembali buat pastiin pemahaman kita, empati sama lawan bicara, dan nunjukin sikap tubuh yang positif, kita bisa jadi pendengar yang lebih oke dan efektif dalam komunikasi.
Quotes Tentang Mendengarkan
“Listening is not understanding the words of the question asked, listening is understanding why the question was asked in the first place.”(Mendengarkan bukanlah memahami kata-kata dari pertanyaan yang diajukan, mendengarkan adalah memahami mengapa pertanyaan itu diajukan.)Simon Sinek
Thank you sudah membaca postingan Omnitalk yang pertama ini, semoga postingan ini bermanfaat buat kalian!
Posting Komentar